Kamis, 15 Mei 2008

Membela Axis

Bertubi-tubi SMS maut itu menyerbu handphone saya pada Jumat, 9 Mei 2008. Dengan varian teks, yang intinya idalah : ”Tolong dingat-ingat baik, kalau ada telepon dari nomor 0866 atau 0666, jangan diangkat, karena bisa menelan jiwa, har ini sudah disiarkan di berita, telah ada korban di Jakarta dan Batam. Sekarang masih diusut keplolisian, dugaan sementara kasus pembunuhan jarak jauh melalui handphone”. Masih ada terusan dari SMS yang sama.

Seminggu sebelumnya, saya menerima SMS dari sahabat saya, yang intinya meminta saya jangan membeli dan/atau memakai kartu Axis, karena Axis adalah kartu setan.Axis kalau dibalik jadi Six-A. Seluruh tarif Axis menggunakan angka 6. SMS ke seluruh operator Rp 60, telepon ke sesama Axis Rp 60 dan Telpon antar operator Rp 600. Katanya kalau angka itu digabung menjadi angka 666, yang menurut kepercayaan diyakini sebagai angka setan atau lambang Anti Kristus.

Kepada sahabat yang mengirim SMS tersebut, saya membalas : Kawan, kalau ini sebagai joke, saya terima dan saya akan tertawa, tapi kalau dianggap sebagai berita benar, maka kita sudah dibodohin.
Siapa Diuntungkan?
Kita tentu bertanya, siapa yang kira-kira diuntungkan dengan penyebaran SMS seperti ini? Yang jelas, yang pertama-taman menangguk laba dari SMS berantai adalah operator telekomunikasi yang sudah eksist (bukan Axis). SMS dengan 400 karakter tersebut akan menguras pulsa setidaknya Rp 300 setiap kali pengiriman. Pengguna telpon selular saat ini, dilaporkan setidaknya sudah mencapai 90 juta. Jika setengahnya saja melakukan aksi pengiriman pesan singkat berantai, kita hitung saja berapa kentungan yang dirah operator selular? Axis dintungkan? Bisa ya bisa tidak. Jika teori underdog effect yang terjadi, maka Axis akan mendapatkan simpati masyarakat, sehingga masyarakat akan terdorong hatinya untuk membeli dan menggunakan kartu Axis. Namun jika terjadi sebaliknya, maka Axis sebagai GSM pemula akan dijauhkan dari calon konsumen.

Siapa Penyebar SMS? Kita belum mengetahui secara pasti siapa penyebar SMS Teror itu untuk pertama kalinya. Apakah operator telekomunikasi yang telah eksist yang melakukan karena alasan persaingan? Ataukah pihak Axis sendiri untuk mendongkrak nilai jual merek mereka. Jika hal itu dilakukan oleh operator telekomunikasi lain, kita tentu sangat menyayangkan hal ini. Praktik persaingan adalah sah selama masih dilakukan dalam koridor yang sehat dan legal. Tapi jika praktik persaingan seperti ini yang diciptakan, tentu sangat disesalkan. Kalau Axis sendiri yang melakukan penyebaran SMS berantai itu, maka kita sangat mengutuk cara-cara curang seperti ini. Mendongkrak merek tidak perlu dilakukan dengan cara-carab ”hitam” seperti ini, cara-cara yang dapat menciptakan keresahan masyarakat. Tapi sekali lagi, kita belum mengetahui pasti siapa penyebar awal SMS tersebut. Kita menunggu upaya pihak kepolisian untuk mengungkap peristiwan ini. Bukankan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah menjadikan SMS sebagai salah satu jenis informasi dan/atau dokumen elektronik yang dapat dijadikan alat bukti dalam proses hukum? Paling tidak, jika polisi bisa mengungkap siapa the man behind this scenario dan mendapatkan apa motif di balik aksinya, kita segera disadarkan akan arti penting ketaatan hukum dalam pemanfafatan teknologi informasi, termasuk dalam aktivitas berkirim pesan pendek.


Siapa Dibalik Axis?
Axis adalah nama merek atau brand PT Natrindo Telepon Seluler (NTS)).NTS selaku pemegang brand AXIS merupakan operator penyedia layanan seluler GSM dan 3G di Indonesia yang menawarkan layanan komunikasi yang inovatif dan ekonomis. AXIS didukung oleh dua operator terkemuka di Asia: Saudi Telecom Company, penyedia layanan telekomunikasi nasional Arab Saudi; dan Maxis Communications Berhad, penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Malaysia. Siapa sajakah para pemegang saham AXIS?Pemegang saham utama AXIS adalah Saudi Telecom Company (51%) dan Maxis Communications (44%) sementara 5% sisanya dimiliki oleh perusahaan local.

GSM Setan?
Axis memiliki tagline GSM Yang Baik. Tapi gara-gara SMS berantai yang disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kalau Six atau angka 6 dihubungkan dengan angka setan, lalu bagaimana dengan ”SIXAXIS Joystick PS3”, atau album Project Pop SIX-A-SIX yang lagunya memang asyik-asyik itu.
Tapi benarkah nomor prefix (awal) Axis itu 0866 seperti yang disampaikan lewat SMS? "Kita sih melihat ini sebagai hoax saja karena benar-benar nggak mendasar. Bahkan ada yang mengait-ngaitkan dengan 666 theory, padahal nomor Axis sama sekali tidak berhubungan," ujar Anita Avianty, Head of Corporate Communication Natrindo Telepon Seluler saat dihubungi Kamis (8/5) sore Nomor pengguna Axis menggunakan prefix 0838 bukan 0866 atau 0666, seperti dilansir www.kompas.com.
Apa yang harus dilakukan?
Sebagai konsumen, kita tentu tak boleh ditipu begitu saja oleh ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jika menerima SMS-SMS sejenis, saran saya, jangan lekas dipercaya. Jangan melakukan aksi forward ke nomor handphone orang lain. Bayangkan jika Anda melakukan forward kepada 30 orang saja, sudah berapa rupiah yang Anda kuraskan untuk menyebarkan informasi hoax seperti itu? Jadi sederhana saja tindakan kita. Jika menerima SMS hoax ini, jangan mengirim kembali kepada orang lain. Saya percaya, bahwa jika kita semua melakukan hal ini, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tak akan melakukan hal yang sama di waktu mendatang. Tulisan "Membela Axis" ini bukan pesan sponsor. Tulisan ini dibuat untuk mengungkap fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita.
Salam,
Ferdinandus Setu

Tidak ada komentar: