Kamis, 15 Mei 2008

Menghitung Waktu

Pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memasuki tahun keempat masa kepemimpinan mereka. Mereka tinggal menghitung waktu untuk segera mengakhiri periode leadership mereka pada bulan September 2009 tahun depan.

Sebelum mengakhiri masa jabatan mereka, SBY dan JK telah mengakrabi dan bergelut dengan hari-hari panjang. Tak lama setelah terpilih sebagai Presiden dan Wapres pada September 2004, SBY dan JK dikejutkan dan dikagetkan dengan gempa dan tsunami yang menghantam Aceh dan Nias. Lalu kita ingat, bencana yang mendera negeri ini tak berhenti di situ. Berturut-turut gempa bumi meremuk-redamkan Daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Lalu bencana lumpur di Sidoarjo yang sampai saat ini belum berhasil diatasi juga.

Tak dapat dimungkiri bahwa ada banyak kisah yang telah ditulis SBY dan JK, juga kita sepanjang kurang deari empat tahun terahkir, rupa-rupa gambaran yang kita desain. Kisah dan gambaran itu menjadi hal yang berharga ketika kita memasuki sebuah babak baru kehidupan kita pada periode kepemimpinan 2009-2014 mendatang.
Ditinjau dari aspek kontinuitas, ada hal-hal positif yang mau kita teruskan dan pertahankan. Sesuatu yang positif itu bisa berupa pola laku dan sikap kita di rumah, kantor, dan dalam hidup bermasyarakat. Bisa juga kinerja dan tanggung jawab kita terhadap kepercayaan yang didaulatkan oleh orang lain, komitmen populis kita terhadap jabatan publik yang kita emban. Apa yang menurut kita sukses pada masa kepemimpinan SBY-JK ini sebaiknya terus dipertahankan dan ditingkatkan di waktu yang tersisa. Dalam aspek diskontinuitas, dengan pergantian kepemimpinan nanti, ada hal-hal tertentu yang harus dilupakan dan ditanggalkan dari memori kita. Hal-hal yang cenderung berusaha untuk dilupakan itu seperti pengalaman yang menyakitkan, penderitaan hidup, kisah tragis. Pertanyaan untuk kita; apakah kita boleh melupakan segala hal di tahun yang lama demi sesuatu yang baru?

Kita bertanya, apakah SBY dan JK telah melakukan sesuatu pada rentang waktu 2004-2008 sekarang ini? Beberapa yang membekas di memori kita adalah prestasi SBY menaikkan gaji pegawai negeri sipil, beberapa kasus korupsi sudah terungkap (meski masih lebih banyak kejahatan kerah putih itu yang belum disentuh dan diusut), dan beberapa tindakan politik lainnya yang sudah sewajarnya memang harus dilakukan oleh SBY dan JK.

Telah empat tahun SBY dan JK berkuasa, berkuasa mengatur waktu untuk memimpin negeri ini. Tinggal setahun, waktu mereke tersisa. Karenanya, kita berharap SBY dan JK bisa memiliki manajemen waktu.

Apat itu manajemen waktu? Secara filosofis, manajemen waktu terkonsep dalam dua perspektif ini. Pertama, waktu dalam pengertian kronos. Dalam perspektif ini waktu adalah peralihan hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun. waktu dalam perspektif ini adalah waktu fisik yang terus bergulir, yang kita alami dan rasakan setiap saat. Kedua, waktu dalam perspektif khairos. Ini berarti waktu dilihat sebagai peluang yang membawa keselamatan, saat yang menyelamatkan. Waktu dalam perspektif ini adalah waktu yang berdaya mesianis, waktu yang berdaya transformis.

Menjalankan kepemimpinan dalam waktu sisa setahun SBY dan JK dalam dua perspektif waktu ini. Dalam perspektif kronos, setahun menjadi terasa sangat singkat.. Waktu datang dan pergi tak berbekas . Menjalani perputaran waktu hanya dalam perspektif ini bisa saja membuat hidup menjadi tak terlalu bermakna. Orang-orang bergumul dan bertekuk pada waktu hanya karena hukum dan peraturan.

Waktu yang tersisa ini, harus diselami SBY dan JK sebagai saat khronos, saat yang menyelamatkan. Dengan waktu yang tersisa ini, waktu mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh SBY dan JK bagi kemaslahatan hidup banyak orang. Sudah saatnya SBY dan JK mentransformasi waktu menjadi kesempatan yang menyelamatkan, waktu yang berdaya mesianis untuk melayani rakyat Indonesia. Waktu dalam perspektif kronos akan menjadi sia-sia, jika SBY dan JK menggunakan waktu tersisa untuk berkonsolidasi demi kepentingan politik kekuasaan semata, guna mempertahankan kekuasaan semata. Saya percaya bahwa SBY dan JK memanfaatkan waktu setahun yang sisa ini untuk mengayomi masyrakat, mengangkat harkat hidup orang banyak, amanah kekuasaan itu akan datang mendekat. Kebijakan menaikkan Bahan Bakar Minyak yang terlalu dibiarkan berlama-lama justru dimanfaatkan para spekulan untuk menimbun BBM. Waktu setahun bisa menjadi kekuatan SBY dan JK untuk menarik kembali kepercayaan masyarakat yang sudah mulai menipis. Asalkan, SBY dan JK menjalankan waktu sebagai konsep kayros, bukan waktu dalam konsep kronos.

Salam,
Ferdinandus Setu

Tidak ada komentar: